Minggu, 02 September 2012

Tuhan Dan Senja Itu

Tuhan Dan Senja Itu....

Episode senja memotong langit
Menopang fragment jingga
Tersungkur di tengah hampar siluetnya
Mentransfer  seutas kisah
Satu yang kusayang pergi jauh.

Mencipta mati di atmosfer hidupku seketika.
Mengoyak sisi lain pada diri yang bernyawa.  
Lemahkan tuas kepedihan pada isak yang menjerit.
Lalu rentetan doa-doa menjajahi bibir
Mencoba redam tangis
Bagai sesak yang terisolasi.
Berkejar-kejaran menangkap bayang dirimu.

Hari itu…..
Bayangan dirimu tertelan siluet senja
Yang selalu akhiri hari, berganti malam.

Tuhan, senja itu…
Aku tak lagi menatap senyum lesung
Yang berbingkai di garis wajahnya.

Tuhan, senja itu…
Aku tak lagi bisa merasakan genggaman tangan itu.
Genggaman tangan seorang kakak laki-laki.

Tuhan, senja itu…
Aku tak lagi bisa mengadu penggalan kisahku
Pada seorang kakak berhati lembut lagi perhatian.

Tuhan, senja itu…
Aku tak bisa lagi mendengar suara dan tawanya.
Aku tak bisa lagi mencium aroma wangi rambutnya.
Aku tak bisa lagi membelikan makanan kesukaannya.
Aku tak bisa lagi menulis surat untuknya.
Dan aku tak bisa lagi,…….

Tuhan, senja itu…
Malaikat benar-benar tak kenal  kompromi.
Pergi mengajaknya, tanpa pernah kembali.
Mencipta tsunami dalam keluarga kami.

Tuhan, senja itu...
Sebuah episode berakhir di ujung nafasnya.
Atas 7 tahun kesabarannya berteman penyakit.
Atas tiap senyuman dalam sakit yang dideritanya.

Tuhan...
Aku tecengang dan gegetu..
Akan sedu yang terus memburu samudera.
Bersama doa yang mengiringi menuju pusara.
Sambil berbisik senja itu...
Tuhan…Engkau pasti di sana menemaninya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar